Esposin, SOLO-Halo sobat Solopos! Senang sekali bisa menyapa kalian kembali di karya terbaru ini.
Teman-teman pasti pernah bepergian ya, kira-kira bagaimana perasaan teman-teman saat bepergian jauh dari rumah? Kalau aku tentunya ingin buru-buru pulang dan mengistirahatkan tubuh. Tapi, bagaimana jika teman-teman harus menempuh jarak beberapa kilo meter sebelum akhirnya bisa mengistirahatkan tubuh?
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Simak yuk kisah salah satu pelajar SMAN 1 Karanganyar Neha Yulianti Sinabutar yang harus menempuh jarak 7,2 km dari Jaten-Karanganyar di Kabupaten Karanganyar setiap hari naik transportasi umum untuk bersekolah. Ia memilih untuk pulang menggunakan angkutan umum dibanding kendaraan pribadi.
Neha mengungkapkan bahwa ia memilih kendaraan umum sebagai sarana mobilitas ke sekolah karena belum adanya izin dari orang tua, serta untuk mengurangi polusi udara yang tengah menjadi problem saat ini. “Saya lebih memilih naik kendaraan umum, karena orang tua saya belum mengizinkan saya untuk naik motor, juga untuk mengurangi polusi udara, kemacetan jalan, serta tingkat kecelakaan lalu lintasnya sangat kecil terjadi,” ungkap Neha saat ditemui Wartawan Siswa Solopos, Senin (28/8/2023).
Untuk sampai ke rumah, Neha membutuhkan waktu selama 15 menit-20 menit. “Naik kendaraan umum angkot dari sekolah bisa sampai 15 menit atau 20 menit. Waktunya enggak menentu karena tergantung oleh sopir yang mengemudi,” jelasnya.
Menempuh jarak dan waktu yang lumayan jauh naik transportasi umum untuk bersekolah membuat pelajar SMAN 1 Karanganyar ini terkadang merasa lelah. “Ya, terkadang ngerasa capek juga sih, waktu awal-awal naik angkot harus nunggu, butuh kesabaran. Tapi, seiring berjalannya waktu saya sudah terbiasa naik angkot dan rasa capek itu hilang waktu ada angin sepoi-sepoi yang masuk lewat celah jendela,” jelasnya.
Meski sudah terbiasa, ia mengungkapkan bahwa banyak kekurangan dan kelebihan dalam menaiki kendaraan umum. “Kalau kekurangannya sendiri pasti ada, enggak enak karena gak bisa sampai di rumah langsung, lalu jam berangkat yang gak menentu karena harus nunggu penumpang penuh terlebih dahulu, selain itu, kalau pulang sekolah di sore hari itu panas banget, apalagi banyaknya penumpang yang ada, suasananya jadi panas dan sumpek, apalagi kalau macet, wah, disitu benar-benar bisa berkeringat. Kalau kelebihan, pastinya melatih kesabaran ya, karena terkadang harus menunggu angkot untuk datang, selain itu tidak khawatir tentang kecelakaan lalu lintas, paling tidak risikonya lebih kecil dibanding berkendara sendiri. Lalu, secara tidak langsung menekan polusi, serius! Kendaraan umum kan bermuatan banyak, jalan akan terlihat lebih lenggang karena kapasitasnya banyak,” tutur Neha kepada Wartawan Siswa Solopos.
Lalu, bagaimana pendapat pelajar Karanganyar ini tentang tarif transportasi umum ya? Apakah sesuai dengan uang saku para pelajar?
“Kalau menurut saya sendiri, tarif naik angkot bagi pelajar itu sangat murah sekali, jadi tarif pelajar itu ditentukan berdasarkan jarak tempat tujuan. Kalau dekat tarifnya Rp2.000, kalau jarak tempat tujuannya sedang dan jauh tarifnya Rp3.000, “ jelasnya.
Nah, teman-teman itu adalah salah satu pengalaman teman pelajar SMAN 1 Karanganyar yang naik transportasi umum untuk sekolah ya! Tentunya banyak dari teman-teman yang harus menempuh jarak jauh untuk bersekolah. Kalau kata anak muda zaman sekarang sih, “Pergi yang jauh, tapi jangan lupa pulang.”
Adios!