by Radin Arundati - Espos.id Sekolah - Minggu, 27 Agustus 2023 - 14:48 WIB
Esposin, SOLO -- Halo Sobat Gaul! Gimana nih malam mingguan kalian? Kalian jalan-jalan ke mana aja?
Kalau aku, Sabtu (26/8/2023) lalu, main ke Solo Paragon Mall. Kebetulan pas ada event di sana, sekalian aja aku bikin reportasenya.
Saat itu sedang berlangsung Pesta Anak Solo yang menampilkan berbagai potensi anak-anak dari Kota Solo. Pemerintah Kota (Pemkot Solo) melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menyelenggarakan Pesta Anak Solo Tahun 2023. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional Indonesia ke-39 dan HUT ke-78 Kemerdekaan Indonesia.
Acara ini adalah bentuk kerja sama antara Forum Anak Surakarta bersama DP3AP2KB Kota Solo dengan mengangkat tema “Anak Merdeka dari Kekerasan dan Pernikahan Anak, untuk Indonesia Maju”.
Acara ini adalah bentuk kerja sama antara Forum Anak Surakarta bersama DP3AP2KB Kota Solo dengan mengangkat tema “Anak Merdeka dari Kekerasan dan Pernikahan Anak, untuk Indonesia Maju”.
Salah satu panitia dari Forum Anak Surakarta, Amabel, mengatakan forum anak bisa berperan sebagai jembatan untuk menemukan solusi dari sejumlah persoalan yang dialami anak-anak.
Menurut dia, Forum Anak Surakarta ini merupakan wadah untuk anak-anak mengadu berbagai permasalahan yang mereka alami. Misalnya, bullying dan kekerasan.
"Di sini forum anak sebagai jembatan untuk menemukan solusi dari masalah tersebut yang didampingi oleh dinas yang lebih berwenang,” ungkap Amabel.
Banyak potensi anak-anak dari seluruh penjuru Kota Solo yang ditampilkan dalam acara ini. Salah satunya dari perwakilan Forum Anak Laweyan yang menampilkan drama ketoprak anak dengan judul Suwala. Lakon ini bercerita tentang human trafficking dan perkawinan anak.
Kisah dalam ketoprak anak ini mengusung tema human trafficking dan pernikahan anak yang dikemas dalam bentuk cerita berlatar belakang kehidupan keluarga buruh batik tahun 70-an. Dikisahkan, ada seorang tokoh perempuan yaitu Gendreh yang lari dari rumah karena tidak mau dinikahkan dengan juragan batik, sebagai ganti pelunasan utang orang tuanya yang sudah meninggal.
"Hal ini sesuai dengan tema peringatan hari anak tahun ini. Karena saat ini masih banyak kasus human trafficking yang melibatkan anak di bawah umur, dan juga kasus perkawinan anak yang dilatarbelangi masalah ekonomi,” ujar Prayoga Kukuh Prakoso, pelatih sekaligus sutradara ketoprak anak itu saat diwawancarai Wasis Solopos.
Penampilan seni tradisional ketoprak tersebut sekaligus sebagai bentuk pelestarian seni drama tradisional yang saat ini sudah mulai dilupakan anak-anak di tengah gempuran berbagai jenis hiburan dan seni modern.