edu
Langganan

Pernah Jadi Korban Perundungan, kini Bangkit dari Keterpurukan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Rendhy Septiawan  - Espos.id Sekolah  -  Jumat, 28 Juni 2024 - 19:47 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi kampanye stop bullying. (Freepik.com)

Esposin, SOLO -- Hai semuanya. Perkenalkan aku adalah salah satu siswa di SMP Negeri di Kota Surakarta. Kalian bisa memanggilku Rey.

Dan inilah kisahku.

Advertisement

Aku adalah korban bullying jenis verbal saat masih duduk di bangku SMP. Kisahku bermula di masa MPLS atau awal masuk sekolah.

Pada masa MPLS, aku sangat jarang bersosialisasi, karena tidak ada yang kukenal sama sekali. Tetapi setelah satu pekan menjalani masa MPLS, aku sudah lebih dapat bersosialisasi dengan teman temanku.

Aku mempunyai banyak teman, namun teman-temanku kebanyakan perempuan dan mungkin karena kepribadian diriku yang cenderung berbeda dengan kebanyakan anak laki-laki pada umumnya.

Advertisement

Pada saat itulah mulai banyak yang mengejekku dengan kata-kata seperti "boti, banci, wedok, cantik".

Disitu aku tidak terlalu memperdulikan, karena aku berfikir aku bersekolah untuk mencari ilmu, bukan menanggapi hal-hal yang tidak guna.

Setelah aku bersekolah kurang lebih selama 2 bulan, aku mendengar kabar sekolahku mengumumkan akan adanya pendaftaran eskul. Disaat itulah aku mendaftarkan diriku untuk masuk ke ekskul Seni Tari dan band.

Aku memilih untuk mengikuti kedua ekkul tersebut karena aku menganggap diriku mempunyai bakat yang lebih di kedua bidang kesenian itu.

Advertisement

Tentu saja padangan orang semakin berbeda terhadap diriku karena disaat anak laki-laki disekolahku berbondong-bondong mengikuti ekskul yang berbau olahrga, diriku memilih ekskul tari. Beberapa orang berpendapat eskul tari hanya untuk perempuan.

Yang membuat ejekan terus datang menghantui diriku, aku sempat mengalami fase menyalahkan diriku sendiri. "Kenapa aku berbeda? Kenapa aku tak sama dengan mereka?

Hingga terkadang aku menjadi merasa tak nyaman di sekolah. Setiap harinya aku hanya menghabiskan waktu istirahat di kelas saja.

Untungnya aku mempunyai dua orang sahabat yang sangat baik, mereka bernama Fya dan Fatim. Mereka selalu mendukung setiap aku melakukan kegiatan apa pun. Mereka juga selalu menyemangati ku untuk tidak mendengar perkataan sampah itu.

Advertisement

Kemudian setelah aku melewati fase-fase yang menyakitkan, Aku mengalami fase-fase yang membuat Aku bangkit.

Fase ini bermulai di bulan Oktober, pada bulan itu aku mengikuti pendaftaran "Calon Anggota OSIS".

Ya, aku mencalonkan diriku dengan modal nekat, karena juga aku sempat pesimistis "Apakah aku bisa menjadi anggota OSIS dengan kepribadian ku yang seperti ini?"

Tetapi Wali kelas ku yaitu beliau bernama Ibu Jamilah, selalu mendukung dan menyemangatiku, hingga akhirnya dua minggu setelah seleksi. Tibalah saat pengumuman anggota OSIS, betapa terkejutnya bahwa aku lolos dari anggota OSIS.

Advertisement

Waktu itu aku merasa sangat bersyukur sekali ditambah dengan diriku yang akan ikut lomba macapat bahasa jawa dalam acara FTBI.

ku selalu berlatih setiap hari, namun ternyata latihanku kurang maksimal hingga pada saat pengumuman peserta yang lolos ke babak selanjutnya namaku tak tercantum didalamnya.

Aku kecewa tetapi Wali kelas ku selalu mendukung dan menyemangatiku. Aku sangat sayang kepada beliau, karena beliau mempunyai sifat yang sangat keibuan.

Tentu saja disaat ada pertemuan disitulah ada perpisahan tiba, dimana aku akan menginjakkan kakiku di jenjang berikutnya yaitu kelas VIII.

Itu menjadi waktu untuk aku dengan beliau akan berpisah. Namun tak mengapa untung saja beliau masih mengajar di kelas ku jadi rasa perpisahan tidak terlalu berat bagiku.

Di kelas VIII ini aku lebih aktif di sekolah, aku aktif dalam OSIS, dan juga aktif dalam kegiatan eskul serta program sekolah. Di jenjang ini bullyan yang aku terima tak lagi begitu banyak.

Advertisement

Aku juga lebih dapat berteman dengan teman laki-laki ku. Di kelas ini aku juga mencalonkan diriku sebagai anggota OSIS lagi karena tekadku yang ingin menjadi Ketua OSIS. Akhirnya Aku mengikuti seleksi Ketua OSIS.

Aku sempat berpikir akankah lolos untuk pertama kalinya menjadi calon Ketua OSIS. Tiba dimana hari untuk pengumuman terkait Paslon Caketos-Cawaketos di SMP, aku berdoa terus.

Ketika pengumuman itu dibacakan berharap ada namaku yang tercantum didalamnya. Hingga memasuki pembacaan Paslon no urut 2 ternyata namaku di sebutkan. Aku sangat senang dan bangga waktu di posisi itu, ternyata usahaku selama ini tidak sia-sia.

Aku lalu melakukan kampanye yang cukup luar biasa yang membuatku terpilih menjadi Ketua OSIS dengan perolehan suara sebesar 62,4% suara. Tidak kejadian itu saja yang membuatku  sangat bahagia.

Ternyata di kelas VIII Aku juga meraih peringkat satu. Betapa bahagianya diriku disaat orang-orang menghinaku, membenciku, dan mencaciku hanya gara-gara suatu perbedaan sebuah kepribadian yang terjadi didalam diriku.

Akhirnya aku menyatakan Aku Pasti Bisa!

Ditulis oleh:

Muhammad Rendhy Septiawan, SMP Negeri 11 Surakarta

Advertisement
Ika Yuniati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif